- azmannudinAdab Meminta Izin dan Ketika Berada di Majlis pengetahuan islam azmannudin
بسم الله الرحمن الرحيم
Adab Meminta Izin dan Ketika Berada di Majlis/Forum
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan tentang adab meminta izin dan ketika berada di majlis atau forum, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
Adab Meminta Izin
1. Hendaknya orang yang meminta izin memilih waktu yang tepat ketika meminta izin
2. Ketika mengunjungi sebuah rumah, hendaknya ia mengetuk rumah itu dengan pelan.
Dari Anas radhiyallahu anhu ia berkata, “Sesungguhnya pintu rumah Nabi shallallahu alaihi wa sallam diketuk dengan kuku.” (Hr. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad dan dishahihkan oleh Al Albani)
3. Tidak menghadap ke isi rumah
Yakni hendaknya ia menghadap ke sebelah kanan atau kiri agar pandangannya tidak jatuh kepada sesuatu yang ada di dalam rumah yang pemiliknya tidak suka dilihat. Di samping itu, meminta izin dilakukan untuk menjaga pandangannya.
4. Hendaknya orang yang meminta izin mengucapkan salam sebelum meminta izin
Dari Rib’i ia berkata, “Telah menceritakan kepadaku seorang dari Bani Amir, bahwa ia meminta izin kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam sedangkan Beliau berada di dalam rumah, ia berkata, “Boleh saya masuk?” Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada pelayannya,
اُخْرُجْ إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الِاسْتِئْذَانَ، فَقُلْ لَهُ: قُلِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ؟
“Datangilah orang ini dan ajarkan kepadanya meminta izin, katakan kepadanya, “Ucapkanlah “As Salamu alaikum, bolehkah saya masuk?” (Hr. Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan oleh Al Albani)
5. Hendaknya ia menyampaikan izin sebanyak tiga kali. Jika mendapatkan izin, silahkan masuk, dan jika tidak mendapatkan izin atau jawaban, maka hendaknya ia pulang.
عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ، قَالَ: جَاءَ أَبُو مُوسَى إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ هَذَا عَبْدُ اللهِ بْنُ قَيْسٍ، فَلَمْ يَأْذَنْ لَهُ، فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ هَذَا أَبُو مُوسَى، السَّلَامُ عَلَيْكُمْ هَذَا الْأَشْعَرِيُّ، ثُمَّ انْصَرَفَ، فَقَالَ: رُدُّوا عَلَيَّ رُدُّوا عَلَيَّ، فَجَاءَ فَقَالَ: يَا أَبَا مُوسَى مَا رَدَّكَ؟ كُنَّا فِي شُغْلٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «الِاسْتِئْذَانُ ثَلَاثٌ، فَإِنْ أُذِنَ لَكَ، وَإِلَّا فَارْجِعْ» قَالَ: لَتَأْتِيَنِّي عَلَى هَذَا بِبَيِّنَةٍ، وَإِلَّا فَعَلْتُ وَفَعَلْتُ، فَذَهَبَ أَبُو مُوسَى. قَالَ عُمَرُ: إِنْ وَجَدَ بَيِّنَةً تَجِدُوهُ عِنْدَ الْمِنْبَرِ عَشِيَّةً، وَإِنْ لَمْ يَجِدْ بَيِّنَةً فَلَمْ تَجِدُوهُ، فَلَمَّا أَنْ جَاءَ بِالْعَشِيِّ وَجَدُوهُ، قَالَ: يَا أَبَا مُوسَى، مَا تَقُولُ؟ أَقَدْ وَجَدْتَ؟ قَالَ: نَعَمْ، أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ، قَالَ: عَدْلٌ، قَالَ: يَا أَبَا الطُّفَيْلِ مَا يَقُولُ هَذَا؟ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ فَلَا تَكُونَنَّ عَذَابًا عَلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ إِنَّمَا سَمِعْتُ شَيْئًا، فَأَحْبَبْتُ أَنْ أَتَثَبَّتَ.
Dari Abu Burdah, dari Abu Musa Al Asy’ariy ia berkata, “Abu Musa pernah datang kepada Umar bin Khaththab dan berkata “As Salamu alaikum, ini Abdullah bin Qais,” namun Umar belum memberinya izin (belum memberikan jawaban). Ia berkata lagi, “As Salamu alaikum, ini Abu Musa. As Salamu alaikum, ini Al Asy’ariy, “ lalu Abu Musa pulang. Setelah itu, Umar berkata, “Hadapkanlah dia kepadaku. Hadapkanlah dia kepadaku!” Lalu Abu Musa datang, Umar pun berkata, “Wahai Abu Musa, mengapa engkau pulang? Tadi kami sedang sibuk.” Abu Musa menjawab, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Meminta izin itu tiga kali. Jika diizinkan silahkan masuk. Tetapi jika tidak, maka pulanglah.” Umar berkata, “Hendaknya engkau membawakan bukti terhadap hal ini. Kalau tidak, aku akan lakukan ini dan itu kepadamu.” Maka Abu Musa pergi. Umar berkata, “Jika ia mendapatkan bukti, maka kalian akan jumpai dia di dekat mimbar nanti sore. Jika ia tidak mendapatkan bukti, maka kalian tidak akan menjumpainya.” Di sore hari Abu Musa datang sehingga mereka menjumpainya. Umar berkata, “Wahai Abu Musa, apa yang akan kamu katakan? Apakah engkau telah membawakan buktinya?” Abu Musa menjawab, “Ya, yaitu Ubay bin Ka’ab.” Umar berkata, “Seorang yang adil.” Lalu ia berkata kepada Ubay, “Wahai Abu Thufail (panggilan Ubay), apa pendapatmu tentang yang dikatakannya ini?” Ubay menjawab, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda demikian wahai Ibnul Khaththab, maka janganlah engkau menjadi siksaan bagi para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.” Umar menjawab, “Subhanaallah. Aku hanya ingin lebih yakin terhadap hal yang aku dengar.” (Hr. Muslim)
6. Apabila seorang yang meminta izin ditanya tentang namanya, maka sebutlah nama dan panggilannya dan jangan katakan ‘saya’
Hal ini berdasarkan hadits Jabir ia berkata, “Aku datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam terkait dengan utang yang menimpa ayahku, lalu aku ketuk pintu, kemudian Beliau bertanya, “Siapa ini?” Aku menjawab, “Saya.” Beliau bersabda, “Saya. Saya.” Sepertinya Beliau tidak suka jawaban itu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
7. Hendaknya orang yang meminta izin pulang dengan hati yang puas jika dikatakan kepadanya “Pulanglah!”
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (27) فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ (28)
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.--Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, "Kembali (saja)lah,” maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. An Nuur: 27-28)
8. Orang yang meminta izin tidak boleh masuk ke dalam rumah jika tidak ada penghuninya.
Dalilnya adalah ayat di atas.
Adab di Majlis (Forum)
1. Hendaknya engkau memberi salam kepada orang-orang yang berada di majlis ketika masuk dan ketika keluar
Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِسِ، فَلْيُسَلِّمْ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ، فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتِ الْأُولَى بِأَحَقَّ مِنَ الْآخِرَةِ»
“Apabila salah seorang di antara kamu tiba di majlis, maka ucapkanlah salam. Jika ia hendak berdiri, maka ucapkan pula salam, karena salam yang pertama tidaklah lebih berhak daripada salam yang terakhir.” (Hr. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)
2. Duduk di tempat sampainya di majlis (tempat yang masih tersedia di majlis)
Hal ini berdasarkan hadits Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu ia berkata, “Kami ketika datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka salah seorang di antara kami duduk di tempat sampainya di majlis.” (Hr. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al Albani)
3. Tidak membangunkan seseorang dari tempat duduknya lalu duduk di tempatnya, akan tetapi hendaknya ia memperluas majlis itu
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«لَا يُقِيمُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَقْعَدِهِ، ثُمَّ يَجْلِسُ فِيهِ وَلَكِنْ تَفَسَّحُوا وَتَوَسَّعُوا»
“Janganlah seseorang membangunkan orang lain dari tempat duduknya lalu ia duduk di situ, akan tetapi lapangkan dan luaskanlah.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
4. Tidak duduk di tengah majlis
5. Tidak duduk di antara dua orang yang sedang duduk bersama kecuali dengan izin keduanya
Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Amr, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَ اثْنَيْنِ إِلَّا بِإِذْنِهِمَا»
“Tidak halal bagi seseorang memisahkan dua orang yang sedang duduk kecuali dengan izin mereka berdua.” (Hr. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)
6. Tidak duduk di tempat seseorang yang bangun karena suatu keperluan
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ مَجْلِسِهِ، ثُمَّ رَجَعَ فَهُوَ أَحَقُّ بِهِ
“Apabila salah seorang di antara kamu bangun dari majlisnya, lalu ia kembali lagi, maka ia lebih berhak terhadapnya.” (Hr. Ibnu Majah dari Abu Hurairah, dishahihkan oleh Al Albani)
7. Tidak berduaan melakukan obrolan padahal ada orang yang ketiga
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الْآخَرِ، حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ مِنْ أَجْلِ أَنْ يُحْزِنَهُ»
“Apabila kalian bertiga, janganlah dua orang melakukan obrolan meninggalkan yang lain. Hendaklah kalian bergaul dengan manusia, karena hal itu dapat membuat saudaranya bersedih.” (Muttafaq alaihi)
8. Jangan terlalu banyak tertawa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ»
“Janganlah banyak tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati.” (Hr. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
9. Menjaga amanah majlis
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ بِالْحَدِيثِ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ»
“Apabila seseorang menyampaikan suatu pernyataan lalu ia menoleh (ke kanan atau ke kiri), maka itu tanda sebagai amanat (yang patut dirahasiakan).” (Hr. Abu Dawud dari Jabir bin Abdullah, dishahihkan oleh Al Albani)
10. Hendaknya tidak berdiri dari majlis dengan menampakkan hal yang bertentangan dengan perasaan di majlis
Misalnya berdiri sambil menguap, buang ingus, atau bersendawa.
11. Tidak memata-matai dan mencari kesalahan
«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ، وَلَا تَحَسَّسُوا، وَلَا تَجَسَّسُوا، وَلَا تَنَافَسُوا، وَلَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا»
“Jauhilah oleh kalian prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian berusaha menyimak pembicaraan orang lain, jangan cari-cari kesalahan mereka, janganlah saling berlomba-lomba mengejar dunia, janganlah saling hasad, janganlah saling membenci dan jangan saling berpaling. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Hr. Bukari dan Muslim)
12. Akhiri majlis dengan Kaffaratul majlis
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa salla bersabda,
مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ، فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ
“Barang siapa yang duduk di suatu majlis lalu banyak terjadi kegaduhan di situ, lalu ia mengucapkan sebelum bangun dari majlis itu, “Subhaanakallahumma...dst. sampai wa atuubu ilaik (artinya: Mahasuci Engkau ya Allahsambil memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun dan bertobat kepada-Mu) melainkan akan diampuni hal yang terjadi di majlis itu.” (Hr. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani).
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah versi 3.45, Adabul Muslim Fil Yaumi wal Lailah (Darul Wathan), dll.
Komentar
Posting Komentar